#InfoTrekking Mendaki gunung dalam pandangan Agama

0
8758
Halaman:
Sertakan sumber dengan jelas jika ingin mencopy. Selalu cek tanggal, karena mungkin ada beberapa artikel lama yang belum disesuaikan dengan fakta terbaru

Mendaki gunung dalam pandangan Agama. Petualangannya gimana sob? Ancur berantakan, biasa saja atau sangat berkesan? Sobat petualang yang arif dan budiman,,, (siapapun nama sobat yak). Siapa sih yang ngga kangen suasana di puncak gunung, hawa dingin dan angin yang menembus kulit, pemandangan yang menakjubkan saat dipuncak serasa berada di sebuah negeri di atas awan.

Sebagai seorang muslim, tentu salah satu kewajiban yang harus dilakukan adalah sholat wajib 5 waktu 17 rekaat sehari semalam. Namun bagaimana jika kita dalam perjalanan naik gunung/travelling/petualang dan aktifitas lain sehingga membuat kita sering menjadi malas dan enggan untuk menunaikan kewajiban sholat?

Untuk apa sih naik gunung? - Mendaki gunung dalam pandangan Agama

Ini adalah dasar pertanyaan. Manusia dan jin dicipta hanya untuk beribadah bukan untuk yang lain, menjadi khalifah di bumi (bukan hanya manusia saja) adalah salah satu dari ibadah.

Kita bisa membuat apa yang kita lakukan menjadi sebuah ibadah tentu dengan niat, syarat dan rukun yang sesuai syariat.




Contoh kecil aja, makan yang lakukan setiap hari. Jika tidak kita lakukan dengan niat ibadah ya tentu saja kita hanya mendapat nutrisi dan kekuatan fisik saja. Hal ini sangat jauh berbeda apabila kita niatkan untuk ibadah "semoga dengan aku makan bisa membuat kuat dan rajin ibadah, dengan makan saya sedekah kepada petani yang menanam padi, sayur dan seterusnya".

Secara fisik perbuatannya mungkin bisa sama, sama-sama makan dengan nasi yang sama, lauk yang sama, meja yang sama, namun secara batin bisa jadi sangat jauh berbeda.

Jika niat naik gunung untuk ibadah, sobat bisa melanjutkan membaca artikel ini, namun jika sekedar senang-senang, pengen narsis, pengen menunjukkan eksistensi diri dll, sobat bisa menutup halaman ini.

Paling aman sih niatnya naik gunung untuk mendekatkan diri dengan Sang Khaliq. InsyaAllah nanti wisata dapet, temen dapet sapa tau jodoh juga dapat. Aminnn,, yg jomblo paling kenceng jawabnya,, wkwkwk

Naik gunung manfaatnya apa? - Mendaki gunung dalam pandangan Agama

Di sini sobat petualang kebanyakan tidak bisa menjawab karena memang hampir 90%  alasan naik gunung adalah hoby, sebuah panggilan batin yang kalo tidak disalurkan memang terasa menyiksa.

Bebeberapa manfaat dari naik gunung adalah sebagai berikut ;

  • Survival. Ya ini adalah manfaat yang harus sobat dapatkan saat naik gunung. Sobat bisa mengetahui bagaimana bisa survive di alam. Sobat bisa mengenal cuaca, iklim, mengenal jejak, cara mendapatkan air dan masih banyak lagi.
  • Mandiri. Naik gunung melatih kemandirian. Bagaimana kita membawa barang dan logistik sendiri, mendirikan tenda untuk bermalam, memasak dan sekedar membuat kopi. Semua harus sobat lakukan secara mandiri. Jika sobat lebih menggantukan orang lain, sobat tidak mendapat manfaat ini.
  • Disiplin. Tanpa disiplin, saya yakin sobat tidak bisa menyelesaikan perjalan sobat dengan baik. Kapan harus makan, kapan harus packing, start, nge camp, summit dll. Semua harus mengikuti schedule yang telah dibuat, andaikata terjadi diluar yang direncanakan, itu adalah hal yang lain.
  • "Silaturahmi", dengan silaturahmi menambah keluarga dan mempererat tali persaudaraan.
  • Rasa Syukur. Menysukuri nikmat yang diberikan. Kalo boleh jujur sebenarnya bukan menysukuri sih karena kebanyakan pendaki gunung sekedar menikmati keindahan. Bahkan kalo boleh lebih terbuka lagi, penulis bilang, "jauh dari syukur".
  • Menemukan jati diri. Bisa dikatakan bahwa ini adalah level expert. Sobat bisa merasakan manfaat level ini bila melakukan pendakian yang memang di luar nalar. Misal pendakian solo, pendakian dengan puasa dan tirakat dll. Sangat banyak cara untuk menemukan jati diri, siapa kita sebenarnya, naik gunung bisa menjadi salah satunya.
  • Dan masih banyak lagi manfaat positif dari naik gunung
Artikel Terkait :  #TrekkingHistory Sejarah Pendakian Gunung Everest, Zona Kematian dan Etika Pendakian

Dasar hukum  - Mendaki gunung dalam pandangan Agama

Penulis tidak akan mengambil dasar dari quran-hadits, tapi mari kita gunakan logika masing-masing

  • Tidak ada yang mampu menjadi khalifah (pemimpin) di atas bumi selain manusia
  • Kita setuju bahwa kita harus meninggalkan perbuatan yang tidak bermanfaat
  • Kita juga sependapat bahwa kita harus meninggalkan perbuatan yang sedikit manfaatnya namun besar mudharatnya (bahayanya-kejelekannya)
  • Dan kita juga mengerti bahwa melakukan perbuatan yang membahayakan diri sendiri adalah tidak boleh.
  • Sebaiknya kita menjauhi aktifitas/tindakan/kegiatan yang bisa menyebabkan kita melanggar / tidak menunaikan kewajiban

Point pertama tidak terbantahkan, karena memang hanya manusia yang bisa menjadi pemimpin di atas bumi bagi semua makhluk.

Point selanjutnya penulis ambil contoh "Marah", silahkan sobat pikir sendiri apa manfaat marah dan apa bahaya-kejelekan dari marah. Kemudian sobat simpulkan sendiri, apakah marah itu perlu dilakukan atau sebaliknya, apakah marah harus dijauhi.

Mendaki gunung dalam pandangan Agama

Sampai di sini sepertinya penulis tidak perlu menjelaskan lagi, bagaimana mendaki gunung dalam pandangan Agama.

Apa yang kita lakukan saat naik gunung hanya kita sendiri yang merasakannya, manfaat dan kerugian hanya kita yang mengerti dan kita sendiri yang mendapatkan, orang lain hanya mampu melihat dengan kacamata dan sudut pandang masing-masing.

Hati bukanlah sebuah mesin, hati akan menjawab jujur setiap pertanyaan terkait dengan diri sobat. Kemudian oleh akal akan dijelaskan dengan rinci sebab-akibat, manfaat - kerugian dll, akal akan mengedepankan "aku" baru orang lain. Bila hati bilang buruk, oleh akal akan dipikir sebab-akibat, manfaat dan kerugian. Bila dipikir2 akan merugikan, maka akal akan bilang baik, walaupun hati bilang buruk

Jika dengan mendaki gunung mendatangkan banyak manfaat, bisa mendekatkan diri kepada Sang Khaliq, bisa membuat ibadah semakin khusyuk, dengan mendaki gunung sobat bisa semakin bersyukur tentu ini adalah hal baik.

Tapi jika sebaliknya mendaki gunung membuat takabur, ibadah terbengkalai, enggan bersyukur dll, tentu sobat sampai disini bisa mengetahui jawabannya.

Intinya sobat lah yang akan menentukan "hukum mendaki gunung" banyak manfaatnya atau sebaliknya. Lakukan jika banyak manfaatnya, tinggalkan bila lebih banyak mudhorot nya.

Happy treking

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.