Sejarah Pendakian Gunung Everest, Zona Kematian dan Etika Pendakian. Pendaki yang meninggal saat pendakian gunung Everest sering ditinggal di tempat mereka mati karena efek dari ketinggian yang membuat hampir tidak mungkin untuk membawa turun jasad mereka. Terdapat lebih dari 200 jasad di gunung Everest.
Mereka mendaki Everest melewati kuburan es penuh dengan sisa-sisa tenda tua dan peralatan, tabung oksigen kosong, mayat-mayat beku, sampah dan kotoran yang tidak pernah membusuk.
Penetapan Gunung Everest sebagai Gunung Tertinggi di dunia
Penetapan Gunung Tertinggi di dunia Pada tahun 1852, para trigonometri Survey of India menetapkan bahwa Gunung Everest, sampai puncak Himalaya, telah diidentifikasi sebagai gunung tertinggi di dunia. Pengumuman ini membuat kalangan internasional bersaing dan pencapaian puncak atap dunia dipandang sebagai prestasi.
Upaya untuk mendaki Everest, bagaimanapun, tidak bisa dimulai sampai 1921, dimana kerajaan Tibet untuk pertama kali membuka perbatasannya bagi orang luar.
Kembali ke atas - Sejarah Pendakian Gunung Everest
Misteri Gunung Everest, Mallory dan Irvine
Pada tanggal 8 Juni 1924, dua anggota ekspedisi Inggris, George Mallory dan Andrew Irvine, berusaha mencapai puncak. Mallory sudah gagal dua kali untuk mencapai puncak. Pendakian yang terakhir diperkirakan akan berhasil. Namun mereka kemudian menghilang.
Tubuh Mallory tidak ditemukan selama 75 tahun hingga Mei 1999. Tidak ada bukti yang ditemukan di tubuhnya, seperti kamera yang berisi foto-foto puncak, atau catatan harian sebagai bukti untuk menguak misteri apakah dua pelopor Everest ini berhasil mencapai puncak sebelum Everest membunuh mereka.
Kembali ke atas - Sejarah Pendakian Gunung Everest
Mencapai puncak Gunung Everest. Hillary dan Tenzing
Sepuluh ekspedisi lebih selama tiga puluh tahun belum ada yang berhasil menaklukkan Everest, 13 diantaraya kehilangan nyawa mereka.
Kemudian, pada tanggal 29 Mei 1953, Edmund Hillary, seorang peternak lebah Selandia Baru, dan Tenzing Norgay , yang merupakan Sherpa pendaki, menjadi yang manusia pertama yang mencapai atap dunia. Mereka menempuh jalur dari sisi Nepal, melalui perbatasan yang ditutup oleh Tibet karena diserang oleh China tahun 1950.
Tentu saja, hal tersebut sontak membuat Hillary menjadi pahlawan Inggris yang waktu itu d ibawah ratu Elizabeth II. Tenzing disebut sebut sebagai simbol kebangsaan nasional oleh 3 negara berbeda, Nepal, Tibet dan India.
Kembali ke atas - Sejarah Pendakian Gunung Everest
Ke Zona Maut Gunung Everest
Meskipun Gunung tertinggi di dunia, dalam hal tantangan, Pendakian gunung everest bukanlah urutan pertama dalam hal tingkat kesulitan. K2 atau Gunung Godwin Austen-, puncak, 28.251 kaki (8.611 m), gunung tertinggi kedua, jauh lebih sulit.
Namun bahaya Everest tetap mengancam, termasuk longsoran, ceruk-es, angin ganas hingga 125 mph, badai tiba-tiba, suhu 40 ° F di bawah nol, dan kekurangan oksigen. Dalam “zona kematian” – di atas 25.000 kaki – udara hanya mengandung sepertiga oksigen, mempertinggi kemungkinan hipotermia, frostbite, paru-paru yang dipenuhi cairan dan otak yang membengkak karena kurang oksigen.
Bahkan ketika bernapas dengan tabung oksigen, pendaki tetap saja mengalami kelelahan ekstrim, gangguan koordinasi, sakit kepala, mual, penglihatan ganda, dan kadang-kadang halusinasi. Ekspedisi Everest biasanya di lakukan pada bulan Mei dan Oktober, menghindari salju.
Kembali ke atas - Sejarah Pendakian Gunung Everest
Mendaki Gunung Everest Tanpa Bantuan Tabung Oksigen
Namun terdapat catatan penting mengenai Everest : “Pendakian Gunung Everest tanpa bantuan oksigen”. Mallory, yang menyebut penggunaan tabung oksigen adalah “tidak sportif,” namun sepertinya pendaki tidak punya pilihan lain. Dalam artian penggunaan tabung oksigen akan memperkecil resiko kematian.
Tapi pada tanggal 8 Mei 1978, dua Tyrolean pendaki gunung, Reinhold Messner dan Peter Habeler, melakukan hal yang mustahil. Messner telah memutuskan ia akan mendaki Everest tanpa oksigen tambahan atau tidak mendaki sama sekali. Ketika sampai puncak ia ia menggambarkan paru-parunya terasa menyempit dan terengah-engah.
Beberapa orang membantah kebenaran cerita tersebut. Namun dua tahun kemudian, Messner menghapus semua skeptisisme ketika pada tanggal 20 Agustus 1980, ia kembali naik Everest tanpa oksigen, kali ini ia mendaki solo. Pendakian tanpa tabung oksigen kini telah menjadi keharusan di kalangan elit memanjat, dan pada tahun 1996 lebih dari 60 pria dan wanita telah mencapai puncak mengandalkan kekuatan paru-paru mereka sendiri.
Kembali ke atas - Sejarah Pendakian Gunung Everest
Makam Es di Gunung Everest
Dari 1921-2014, lebih dari 5.000 orang dari lebih dari delapan puluh negara mendaki Gunung Everest. Setidaknya 260 orang telah kehilangan nyawa mereka. Peluangnya dari 20 orang, 1 diantaranya tidak akan pernah turun kembali.
Pada bulan April 2014, tragedi menimpa ketika 16 Sherpa tewas dalam longsoran salju. Mereka memperbaiki tali untuk pendaki di ketinggian 19.000 kaki ketika longsoran salju menghantam. Ini adalah kecelakaan tunggal paling mematikan di Everest. Setelah kejadian itu, puluhan Sherpa melakukan walkout sebagai protes atas respon Nepal pemerintah untuk tragedi itu. Pemerintah berjanji memberi bantuan sekitar $400 lebih kepada keluarga panduan yang tewas dalam longsoran salju. Para Sherpa marah karena bagi mereka jumlah tersebut adalah sebuah penghinaan.
Pendaki yang meninggal di gunung Everest sering ditinggal di tempat mereka mati karena efek dari ketinggian yang membuat hampir tidak mungkin untuk membawa turun jasad mereka. Mereka mendaki Everest melewati kuburan es penuh dengan sisa-sisa tenda tua dan peralatan, tabung oksigen kosong, mayat-mayat beku, sampah dan kotoran yang tidak pernah membusuk.
Dalam beberapa tahun terakhir, media akses ke Everest telah mengabarkan: Siaran Internet versi live telah dikirim dari gunung (menggunakan energi matahari) dan sebuah kru film Imax telah mendokumentasikan tentang pendakian Everest.
Kembali ke atas - Sejarah Pendakian Gunung Everest
Kasus Terkenal Hannelore Schmatz dan Green Boots
Kasus Hannelore Schmatz adalah salah satu yang terkenal. Pada tanggal 2 Oktober 1979, setelah sukses menggapai puncak, dan karena alasan yang tidak jelas, ia meninggal karena kelelahan 100 m sebelum sampai Camp IV. Selama bertahun-tahun, setiap pendaki mencoba mendaki melalui jalur selatan untuk melihat jasadnya. Duduk bersandar pada ranselnya dengan mata terbuka dan rambut coklat tertiup angin. Walaupun begitu, mengevakuasi jasadnya adalah misi bunuh diri.
Pada tahun 1984, inspektur polisi Yogendra Bahadur Thapa dan Sherpa Ang Dorje jatuh dan tewas saat mencoba untuk mengevakuasi jasad Schmatz pada ekspedisi polisi Nepal. Ang Dorje ini, bukanlah Ang Dorje yang ikut ekspedisi Rob Hall tahun 1996 yang difilmkan di film Everets-2015
Seperti yang ditulis Lene Gammelgaard, wanita Skandinavia pertama yang mencapai puncak Everest, mengutip pendaki gunung Norwegia dan pemimpin ekspedisi Arne Næss, Jr bagaimana ia menggambarkan saat ia melih
at sisa-sisa jasad Schmatz, dalam bukunya Climbing High: A Woman's Account of Surviving the Everest Tragedy (1999), yang menceritakan ekspedisi sendiri 1996,
"Pada akhirnya sisa-sisa jasad Schmatz tertiup angin di atas tepian, menatap Kangshung Face"
Kasus lain yang menarik adalah 'Green Boots'. Seorang pendaki India yang terpisah dari kelompoknya berlindung di semacam goa. Dia menunggu seseorang untuk menyelamatkannya tetapi tidak berhasil. Green Boots membeku sampai mati. Tubuhnya terletak di ketinggian di atas 8.000m dan tidak dapat dibawa turun. Hari ini, tubuh tak bernyawa itu masih tergeletak di sana, dengan sepatu hijau masih utuh.
Pada tahun 2006, seorang pendaki yang berbeda, David Sharp, meninggal selama pendakian solo di lokasi yang sama "Green Boots 'Cave".
Kembali ke atas - Sejarah Pendakian Gunung Everest
"Rainbow Valley" atau "Lembah Pelangi"
Daerah sepanjang rute timur laut ke puncak mendapat julukan sederhana "Rainbow Valley", "Lembah Pelangi". Karena warna-warni jaket dari berbagai mayat di lereng bukit. Mayat-mayat tersebut bisa tertutup salju, namun butuh beberapa dekade untuk bisa hancur.
Brashears menjelaskan,
"Meskipun salju dan es, Everest pada dasarnya kering seperti gurun, matahari dan angin mempercepat proses pemumian pada jasad manusia."
Kembali ke atas - Sejarah Pendakian Gunung Everest
Dewa dan Mortals di Atas Awan
Salah satu alasan untuk perhatian media baru-baru ini adalah pendakian ke everest ini bisa dilakukan oleh orang biasa sekalipun, yang sebelumnya hanya terbatas bagi dewa-dewa gunung seperti Messner dan Hillary. Sekarang telah ada pemandu mendaki gunung, yang membuat perdebatan mengenai komersialisasi Everest. Pendaki seperti Hillary mungkin akan sedih melihat kurangnya rasa hormat terhadap gunung. Asal punya fisik yang kuat hampir semua orang bisa mendaki gunung, tentunya punya cadangan dana $65.000.
Alasan lain adalah limbah manusia yang mengerikan. Pada bulan Mei 1996, delapan tewas dalam bencana terbesar di gunung-namun hal itu tidak menghentikan orang lain dari mencoba pendakian hanya beberapa minggu kemudian, yang menewaskan empat orang lagi. Total untuk tahun ini adalah lima belas. Jumlah pendaki yang mati berbanding lurus. Semakin banyak pendaki semakin banyak juga korban tewas, Everest mencatat pendaki kelas dunia dan petualang pemula mempunyai resiko yang sama.
Walaupun begitu banyak pendaki yang ambisius bertekad untuk mendaki Everest, namun etika dan pola pikir untuk kepentingan pribadi telah menjadi kritikan.
Pada tahun 2006, lebih dari 40 pendaki memberi kesaksian, bahwa seorang pendaki Inggris mati dalam perjalanan saat menuju puncak dan tidak ada seorang pun yang datang membantunya. Memang benar bahwa membantu seorang pendaki sakit parah atau terluka saat berada di zona kematian Everest bisa sangat membahayakan hidup sendiri.
Tentunya sangat tidak adil, ketika pendaki harus mengorbankan impian mereka sendiri mendaki Everest untuk menyelamatkan orang-orang yang tidak bertanggung jawab dan persiapan yang buruk.
Tapi suatu yang luar biasa tentunya, bagaimana pendaki bisa tidur di malam hari, padahal ia meninggalkan yang lain dalam kematian, apapun alasannya.
Seperti komentar Hilllary tentang insiden itu,
“Saya pikir pengertian terhadap mendaki Gunung Everest telah menjadi agak mengerikan. Orang-orang hanya ingin sampai ke puncak. Mereka tidak peduli akan orang lain yang mungkin dalam kesulitan”
Kembali ke atas - Sejarah Pendakian Gunung Everest
Dari KASKUSER
PENDAKI PERTAMA INDONESIA YANG MENCAPAI PUNCAK Gunung EVEREST
cerita soal wanita Indonesia yang pernah mendaki puncak everest mana gan? yang katanya sekarang kena gangguan jiwa..,?
Untuk sekedar informasi Indonesia adalah negara pertama di Asia Tenggara yang pertama kali sampai ke puncak Everest. detail source
Namun siapa yang menjadi pendaki pertama Indonesia yang menginjakkan kaki di puncak everest setau saya masih kontroversi, antara Clara Sumarwati (pendaki independen) atau Asmujiono (dari Kopasus) yang tergabung dalam team pendakian everest yang waktu itu dipimpin Bapak Prabowo. Kontroversi disini karena Clara Sumarwati sebenarnya melakukan pendakian pada 1996 lebih cepat dibanging team everest Asmujiono yang mendaki pada 1997, namun yang menjadi masalah setau saya Clara Sumarwati tidak memiliki bukti yang kuat bahwa dia telah mencapai puncak everest. Itu yang saya tau ya gan.
Dan menanggapi komen terkait pendakian yang mengalami gangguan jiwa, benar memang ada, yang mengalami gangguan jiwa yaitu Clara Sumarwati itu sendiri, beliau mengalami gangguan jiwa satu tahun (1997) setalah pulang dari everest, kalau setau saya hasil baca sana sini, penyebab gangguan jiwanya karena Clara Sumarwati merasa tidak dihargai atas prestasinya yang sudah mencapai puncak everest. detail source
Nih Clara Sumarwati yang tahun 1996 menaklukan puncak Everest
Lalu dengan tragis masuk RSJ di tahun 1997 🙁 detail source
Dokumentasi sih ada gan, ada kok foto dia pas lagi di puncak everest.
udah gtu namanya juga tercatat di everesthistory dan adventurestats dan nama dia juga ada pada buku Everest: The Mountaineering History, oleh Walt Unsworth. detail source
Dengan segala ketidak tahuan saya baru baca..sayang sekali ya bila putri Indonesia yg taruhan nyawa untuk meraih impiannya menaklukan cita2nya ternyata di abaikan oleh orang kita sendiri..
netes bacanya:berdukas
Sebuah konferensi pers menyambutnya di Kathmandu, sesaat setelah Clara menjejakkan kaki kembali di ibu kota Nepal itu. Sejumlah piagam dan kertas penghargaan diberikan kepadanya. Antara lain, diangkat menjadi anggota kehormatan oleh Nepal Mountaineering Association. Sedangkan China Mountaineering Association (CMA) dan China Tibet Mountaineering Association (CTMA) memberi selembar sertifikat, yang menandakan bahwa Clara Sumarwati adalah salah seorang pendaki yang berhasil mencapai puncak tertinggi di dunia.:iloveindonesias detail source
Kembali ke atas - Sejarah Pendakian Gunung Everest
Beberapa pertanyaan dan Komeng kaskuser :
1985 Sherpa Ang Dorje meninggal.??? kok dia masih bisa ikut di tragedi 1996 di everest juga gan :bingungs di artikel tersebut th1984 gan sepertinya org yg berbeda dgn sherpa yg ngalamin kejadian badai th 1996
Sudah TS Jelaskan di Komeng halaman pertama
Memang berbeda.
Majalah New York Times memberi keterangan The bodies of a Nepalese police inspector, Yogendra Bahadur Thapa, 36 years old, and his guide, Ang Dorjee, 35, were found entangled in ropes Thursday, one day after they set out from the mountain's southern 26,240- foot high pass, a ministry spokesman said.
The deaths of the two Nepalese, who were looking for the body of Hannelore Schmatz, raised the known number of fatalities on Mount Everest to 68
Sebagaimana di wikipedia https://en.wikipedia.org/wiki/Hannelore_Schmatz
In 1984, police inspector Yogendra Bahadur Thapa and Sherpa Ang Dorje fell to their deaths while trying to recover Schmatz’s body on a Nepalese police expedition
Wikipedia menjelaskan dengan nama yang sama https://en.wikipedia.org/wiki/Ang_Dorje_Sherpa
(born 1970) is a Nepali sherpa mountaineering guide, climber and porter from Pangboche, Nepal, who has climbed to the summit of Mount Everest 16 times. He is perhaps best known for his work as the climbing Sirdar for Rob Hall's Adventure Consultants expedition to Everest in spring 1996.
Ya, nama sama orang yang beda, Ang Dorje ikut ekspedisi Everest Rob Hall's Adventure Consultants tahun 1996 yang menewaskan 8 orang