Perlengkapan dan perbekalan penyebab sampah saat naik gunung. Kali ini saya mau berbagi mengenai sampah digunung hasil dari pendaki yang notabene pecinta alam. Jika ada perlengkapan wajib saat mendaki gunung, nah sebaliknya beberapa perlengkapan dan bekal di bawah ini sebaiknya dihindari saat mendaki gunung.
Sampah sob,, sampah dan sampah. Yup, memang yang namanya sampah tidak lepas dari sisi buruk manusia. Dimanapun berada. Dimana ada manusia pasti ada sampah, terutama sampah makanan. Bahkan orang di pedesaaan juga tak lepas dari sampah, namun sampahnya kebanyakan sampah organik. Tidak perlu pengolahan khusus pun sudah bisa di daur ulang oleh alam.
Gunung tertinggi dunia yaitu gunung Everest, tiap tahunnya menghasilkan 50 Ton sampah, itu artinya 136kg setiap harinya. Jumlah tersebut akan terus bertambah seiring bertambahnya pengunjung yang mendaki gunung Everest. Sampah tersebut terdiri dari tabung gas, tabung oksigen dan perlengkapan2 usang/rusak yang tidak di bawa turun.
Ada beberapa macam sampah yang dihasilkan oleh para pendaki gunung, saya sendiri termasuk salah satunya. Penulis mencoba kategorikan dengan tujuan agar ada kesadaran dari diri sendiri akan pentingnya menjaga kebersihan gunung.
Kembali ke atas - Perlengkapan dan perbekalan penyebab sampah saat naik gunung
Perlengkapan dan perbekalan penyebab sampah saat naik gunung diantaranya adalah sebagai berikut :
Kompor Gunung Bahan Gas
Peralatan kompor jenis ini merupakan penyebab utama sampah gunung yang paling sulit di kelola. Tau sendiri kan sob, sisa kaleng gas yang sudah habis, tidak mudah untuk dibawa karena bahannya yang terbuat dari logam tahan ledak/bocor tentunya. Memang sih lebih murah dan cepat. Namun saya pribadi menyarankan membeli kompor yang berbahan multifuel (alcohol, spirtus, bensin, solar). Kompor berbahan multifuel memakai tabung yang bisa di isi ulang. Lebih aman dan biasanya lebih irit bahan bakar. Namun kompor berbahan multifuel kebanyakan mahal. Walaupun ada beberapa kompor gas yang memakai tabung isi ulang modifikasi, namun tidak disarankan karena kurang aman. Pengecualian untuk yang bawa tabung gas 3Kg yak :D.
Kelebihan dan kekurangan kompor gunung mini bahan bakar gas
Kembali ke atas - Perlengkapan dan perbekalan penyebab sampah saat naik gunung
Makanan dan Minuman kaleng
Oke sob, bekas tempat makanan kaleng menempati urutan yang kedua setelah kaleng gas. Makanan kaleng ini biasanya adalah sarden/mackarel/ikan/daging/kornet dan sayur/buah kaleng. Memang tidak sebesar kaleng gas, tapi tetap saja sulit untuk dikelola karena wadahnya kaleng. Karena itu penulis tidak memasukan makanan kaleng ke dalam daftar makanan sehat dan cepat saat naik gunung . Sedangkan untuk minuman kaleng yang sering dibawa biasanya sejenis bir. Tidak sulit mengelola sampah minuman kaleng karena bahannya lebih tipis dan ringan, tidak seperti makanan kaleng.
Kembali ke atas - Perlengkapan dan perbekalan penyebab sampah saat naik gunung
Botol air minum
Sobat pasti mengiyakan yang satu ini. Saat naik gunung, satu orang paling tidak bawa 2 botol air minum ukuran 1,5 liter. Kalau habis biasanya botolnya dibuang. Padahal untuk membawa turun bekas botol air minum tidak lah susah dan berat. Cukup diremek/penyet sehingga tidak memakan banyak tempat. Namun yang namanya kurang kesadaran diri, tetap saja di tinggal di atas. Saran saya adalah memakai wadah air yang bisa diisi ulang. Semacam dirigen untuk keperluan rombongan dan water blader/streamer untuk perorangan.
Kembali ke atas - Perlengkapan dan perbekalan penyebab sampah saat naik gunung
Bungkus makanan dan lain-lain
Menempati urutan terakhir penyebab sampah di gunung adalah bungkus makanan, tisu dan pembalut. Sebenarnya ini paling gampang di kelola, karena paling ringan dan tidak membutuhkan banyak space, bisa di bakar atau di bawa turun.
Kembali ke atas - Perlengkapan dan perbekalan penyebab sampah saat naik gunung
Ada yang mau nambahin?
Memang sebaiknya ada iuran khusus untuk mengelola sampah di gunung. Namun kendala yang terjadi di lapangan adalah sulitnya mengawasi. Cara yang paling tepat adalah pengelola membayar orang untuk mengelola sampah, dan pengelola kemudian membeli sampah yang di kumpulkan untuk di daur ulang. Walaupun terkesan membutuhkan banyak source terutama biaya, namun ini adalah cara terbaik mengatasi sampah gunung.
Jika mengandalkan kesadaran para pendaki, hanya segelintir saja yang peduli akan hal tersebut.
Gimana sob, sudah berniat untuk ganti kompor gunung?
Salam Rimba
intinya banyak orang sok yang mengaku dirinya pecinta alam, tujuannya cuman nyari eksistensi..cuman nyari ke akuan diri...tanpa mempelajari..kebanyakan dari mereka yang naik gunung, nyelem dilaut, masuk hutan itu cuman orang sok gaul, sok gagah, sok nyali gede, sok dirinya seorang pecinta alam sejati khusunya para remaja usia sekolah dan usia kuliahan....padahal yang mereka lakukan nol besar....semua orang terjebak menyamakan kata pecinta alam dengan kegiatan outbound...konsep pecinta alam yang ada di UKM kampus2 dan sekolah2 juga udah salah kaprah yang di ajarkan cuman gimana jadi orang gagah di alam semesta..bukan bagaimana jadi orang yang bisa menghargai dan mengerti alam semesta.....kalo emang ada yang ngerti makna pecinta alam yang sesungguhnya coba share disini gue mau denger., .. cuman ngertinya udah sering naik gunung puluhan kali berarti udah deket sama alam..pretttt,...kebanyakan orang berpandangan bahwa kegiatan pecinta alam tuh seperti naik gunung, nyelem, mbelah hutan, dll...terus kalo udah lo lakuin itu semua manfaatnya apa?? buat di bilang gaul? buat di bilang keren? buat di bilang gagah? buat foto2 pasang di medsos?? biar eksis? biar ikut trend mainstream jaman sekarang anak2 remaja pada suka naik gunung? atau mau sok2 menghayati alam, melihat pemandangan? melihat matahari terbit? relaxasi? atau aapa?? non sense semua..manfaatnya apa setelah itu semua lo lakuin? lo bisa kasih tetangga lo apa? dari lo naik puncak semeru? naik puncak lawu? naik puncak merbabu? manfaat nya apa bro?? lo bisa kasih alam semesta apa dari lo foto2 di atas lawu?..katanya lo pada pecinta alam kan?? trus yang lo bisa kasih apa? mau bilang pelestarian alam? mau bilang bersihin gunung? atau mau bilang apa lagi?? gue yakin ga ada yang bisa jawab!...karena memang 1000 : 1 yang ngerti makna pecinta alam sesungguhnya... pengabdian lo pada alam apa? ga usah jauh2 lo naik lawu, muncak di merbabu, muncak di everest sekalipun...semua orang bisa kaya gitu..semua orang bisa naik gunung..tapi gue yakin.ga usah jauh2 naik gunung..contoh kecil ya..ada bangke tikus di jalanan depan komplek lo udah remuk dan di belatungin GUE YAKIN LO GA AKAN ADA YANG PEDULI DAN MAU BERSIHIN..!! bull shit lah lo semua para pecinta alam karbitan.. dengan alibi..itu bukan urusan lo..itu urusan SOR..itu urusan petugas kebersihan..dan itu yang lo bilang seorang pecinta alam? pandangan orang mengenai pecinta alam sejati cuman terbatas sekedar orang yang sering puluhan kali ratusan kali muncak gunung udah nakhlukin puluhan pucuk gunung...tapi got ngeliat got mampet aja ga mau peduli,, ngeliat paku di jalan aja ga di ambil..padahal itu ada di deket lo ga jauh di puncak gunung sana..! tapi di alam sekitar lo......yaa.. "ALAM" sekitar lo..ketimbang lo ga bermanfaat di puncak gunung yang ALAM nya jauh .mendingan lo ngabdi dulu deh pada ALAM yang ada di sekitar lo...baru ngemeng jadi pecinta alam...apa manfaat lo di atas gunung..untuk alam semesta? untuk hajad hidup orang banyak?? malah yang ada lo pada ngerusak ....diatas sana.. mending dari pada lo ngaku pecinta alam di atas puncak gunung..! lebih baik lo mengaku pecinta alam dengan peduli pada alam sekitar lo yang dekat dengan lo dan manfaatnya terasa untuk banyak orang..itulah pecinta alam sejati...semoga tulisan ini menyadarkan...rekan2 yang ada disini. "THX..sarwa rahayu" from --manusia abad silam--
ibda' bi nafsika. Sebenarnya apapun yg dilakukan manusia pada akhirnya adalah merusak alam
intinya semua orang cuman pengen eksisnya doang sok2 naik gunung, sok2 pecinta alam, sok2 sok sok sok..lah..yang di utamain cuman trend dan kesenangan pribadi..naik gunung itu bukan sekedar hobby2an, gaul2an, ada filsafat di balik itu filsafat yang belum bisa di mengerti khusunya dengan manusia2 remaja, sudah ratusan kali saya lihat anak2 yang "mengaku" dirinya adalah pecinta alam..tapi naik gunung atau traveling hanya untuk ke akuan diri di medsos dan di pergaulannya..introspeksi diri masing2 lah...klo emang ada yang ngerti maksud dari pecinta alam tuh apa coba pidato disini...saya mau denger.. pecinta alam tuh bukan berarti naik gunung, bukan berarti nyelem ke laut.bukan berarti masuk hutan..bukan seperti yang di konsepkan pecinta alam2 di Unit kegiatan mahasiswa kampus2 atau sekolah2....pecinta alam ga usah jauh2 naik gunung,ga usah capek2 nyelem ke dasar laut..contoh kecil ada bangke tikus udah remuk di jalanan deket komplek lo aja gue yakin lo semua ga ada yang mau bersihin...BULLSHIT LAH LO PADA pecinta alam...semua hanya terjebak dengan kegiatan keakuan di outbound gunung, laut, hutan, dll.. tanpa bisa meresapin makna pecinta alam sesungguhnya,....klo mau jadi pecinta alam mulai dari badan lo sendiri, mulai dari rumah lo sendiri, mulai dari lingkungan lo sendiri ga usah mulai dari atas merbabu, semeru, lawu, ada seseorang yang ngakunya pecinta alam dari solo sampe atas hargo dumilah malah mainan PILOX nulis2 nama abis itu botol piloxnya di buang.. lo pkir setelah kaki lo nyampe puncak gunung terus lo di kata hebat gitu?, mending lo ga usah naik2 ke gunung kalo cuman pengen nyari pengakuan,.ujungnya sampe atas pada nyimeng ngeganja, minum alkohol dengan alasan suhu dingin..mental bobrok lo semua kalo emang dingin wedang jahe merah dengan resep traditional bisa lebih jauh menghangatkan badan...ujungnya kalengnya nyampah...kalo perkara alkoholnya jadi sampah di perut kalian gue ga peduli.... intinya satu.. jangan sok dengan alam kalo ga ngerti maknanya. "sarwa rahayu.."
@dita bukan masalah hancurnya gan, tapi masalah pengolahannya, kalo kaleng kan ribet bawanya
Lebih susah plastik daripada kaleng, kaleng yg terbuat dari plat besi akan karatan, ga perlu tunggu ratusan taun sudah hancur kena panas ujan dan karatan
Sampah yang sering dijumpai saat mendaki, sering kali jadi keprihatinan. apalagi sampah bekas makanan, mungkin masih "OK" kalo sampah berbentuk organik, tapi kalo sudah berbentuk non-organik? kadang pendaki kurang mementingkan hal kecil seperti ini. bukannya mencintai dan memelihara alam, tapi hanya menikmati dan merusaknya.
Sangat setujuuuu gan