Sudut Pandang Media dan Opini

0
2193
Halaman:
Sertakan sumber dengan jelas jika ingin mencopy. Selalu cek tanggal, karena mungkin ada beberapa artikel lama yang belum disesuaikan dengan fakta terbaru

Sudut Pandang Media dan Opini

Penyampaian Informasi

Sebelum adanya media komunikasi seperti sekarang ini, penyampaian informasi sangatlah lambat, butuh waktu yang lama dan proses yang panjang. Awal mulanya hanya face to face alias door to door. Berkembang menjadi, surat, telegraf, koran/majalah, telephone dll sampai sekarang ini. Pemanfaatan media komunikasi ini pun juga berkembang. Salah satunya adalah "Menggiring Opini Publik".

Ya. Media mampu merubah sudut pandang publik. Yang semula N oleh media dirubah menjadi Z, hanya dirubah sudut pandangya saja. Hebatnya lagi, publik tidak sadar sudut pandangnya telah dirubah.

Penggiringan opini di Indonesia

Sebelum lahirnya internet lebih-lebih media sosmed, menggiring opini publik bukan hal mudah. Disamping harus memang punya skill dan kepercayaan yang kuat, politikus dan para penguasa harus lah punya modal besar untuk merubah opini publik. Setidaknya koran, majalah, radio dan televisi.




Penggiringan opini publik di Indonesia yg paling sukses adalah penayangan film G30S PKI. Bagaimana tidak, G30S PKI adalah satu2nya film berdurasi 4 jam yg wajib diputar setiap tahun selama 12 tahun. Dari tahun 1985 sampai 1997. Satu-satunya media yg bisa menjangkau seluruh lapisan masyarakat saat itu. Dengan menghabiskan dana yang tidak sedikit misi Soeharto kala itu sukses besar.

Seluruh rakyat Indonesia percaya bahwa Soeharto adalah sang pahlawan besar yang menyelamatkan bangsa Indonesia dari pemberontakan PKI. Walaupun yg sebenarnya terjadi entah bagaimana. Apakah PKI yang memberontak RI atau justru merupakan taktik Soeharto hendak merebut kekuasaan. Setelah Soeharto lengser, film G30S PKI yang zaman orde baru wajib diputar menjadi dilarang. Opini masyarakat pun berubah. Pandangan akan Soeharto ada yang negatif banyak pula yang positif. Kembali ke sudut pandang.

Jokowi Ahok termasuk salah satu pemain yang sukses memanfaatkan media. Terlepas apa yang disampaikan benar atau tidak, media telah mengantarkan mereka ke kursi jabatan Gubernur dan Wakil Gubernur.

Sudut Pandang Media

Media hanya perlu mengambil sudut pandang tertentu kemudian menyampaikan ke publik. Sebab MEDIA DIBUAT BUKAN UNTUK MEMBERI INFORMASI yang benar ke publik. MEDIA DIBUAT UNTUK MENGGIRING OPINI PUBLIK menurut sudut pandang media itu sendiri. Kalopun banyak informasi real dan nyata2 benar, itu adalah salah satu CARA MEDIA UNTUK MENDAPATKAN KEPERCAYAAN PUBLIK.

Saat kepercayaan sudah didapatkan, MEDIA AKAN KEMBALI KE TUJUAN AWAL "MENGGIRING OPINI PUBLIK".

Media international saat ini dipegang oleh bangsa Yahudi. Tidak perlu heran jika semua hal yg memojokkan bangsa Yahudi akan diberangus dan ditutupi agar jangan sampai muncul di mata publik. Sebaliknya, apapun itu yg membuat citra baik bangsa Yahudi, akan di blow up dan ditunjukan ke seluruh dunia

Tonk kosong nyaring bunyinya
Klentang-klentong kosong banyak bicara
Oceh sana-sini ngak ada isi
Otak udang ngomongnya sembarang

Orang Indonesia sangat mudah diprovokasi, lebih-lebih masalah agama, khususnya Islam. Negara dengan muslim terbesar di dunia. Sangat disayangkan karena banyak yang hanya sekedar muslim dan belajar dari buku, akibatnya mudah menjudge orang lain.

Kita tentu tidak akan mempercayai teman kita yang banyak bicara tapi kosong isinya. Tapi kenapa kita sering percaya ocehan akun sosmed yg entah pemilik akun itu real atau fiktif/mesin/robot. Kita lebih sering mencurigai teman sendiri, namun lebih tutup mata dan mempercayai celotehan si twit.

Jadi ustadz di sosmed itu gampang, copy paste aja artikel2 religi beserta dalil2nya. Tiap hari posting hal-hal religi yang menyentuh. Kasih keterangan dan ancaman di bawahnya. Yang like masuk syurga yang tidak share akan mendapat sial. Tidak perlu hafal quran apalagi hadits. Tidak perlu mengerti ilmu agama, jika ada yang membantah, tinggal cari alasannya di google. Tidak perlu khawatir tidak bisa menjawab karena tidak ada sesi tatap muka. Selalu ada kesempatan untuk mencari jawaban.

Lebih gampang lagi jika bisa coding, bikin akun robot dengan modifikasi script2 yang otomatis mencari artikel/gambar/video dll yang bertema religi dan mempostingnya secara otomatis.

Jauh lebih mudah dari pada jadi muadzin di musholla, yang tidak banyak bicara namun harus ontime setiap menjelang waktu sholat tiba.

Banyak seorang anak lebih mempercayai teman sosmed yang belum pernah ditemuinya daripada mempercayai orang tuanya. Ironi, but its true

Sudut Pandang Media dan Opini

Jangan lupa tinggalkan komentar ya gais

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.