Misteri K2 yang tak Terungkap. Sejarah Panjang Pendakian Gunung K2. Namun nama K2 sangat kontras berbanding terbalik dengan realitas jalur pendakian gunung K2. Gunung K2 banyak digambarkan dengan kata "mengagumkan", "pembunuh" dan "buas" . Ini bukanlah mitos belaka, tapi berdasarkan dari banyaknya usaha pendakian Gunung K2 yang gagal dari berbagai ekspedisi, termasuk banyak ekspedisi Amerika.
Pencapaian puncak K2 dilanjutkan pada tahun 1939, setahun sesudah ekspedisi Nanda Devi oleh AAC yang dipimpin oleh Houston. AAC memberi tawaran kepada Fritz Wiessner untuk memimpin ekspedisi. Seperti yang sudah diperkirakan oleh Houston sebelumnya, Wiessner bersedia dan menerima tawaran sebagai pimpinan ekspedisi. Dengan catatan dan petunjuk dari ekspedisi sebelumnya yang dipimpin oleh Houston, ekspedisi kali ini diharapkan berhasil dan sukses mencapai puncak K2.
Namun keberuntungan belum berpihak kepada Wiessner yang harus turun kembali 200m sebelum puncak. Ada teori yang menyebutkan adanya sabotase sehingga Wiessner tidak bisa melanjutkan pendakian karena logistik dan perlengkapan yang hilang. Namun teori lain menyebutkan bahwa kegagalan Wiessner mencapai puncak K2 adalah karena minimnya pengetahuan dan pengalaman anggota team Wiessner.
Ekspedisi Amerika kedua ini, yang diharapkan dapat meraih sukses, pada akhirnya nanti malah berubah menjadi tragedi paling misterius dalam sejarah pendakian Himalaya-Karakoram. Banyak pengamat menyatakan bahwa Misteri K2 yang tak terungkap yang menyebabkan tragedi ini dipicu oleh minimnya pengalaman anggota team pendaki Wiessner.
Team Wiesnner yang Buruk - Misteri K2 yang tak terungkap
Pada awal pembentukan team, Wiessner ingin mengajak pendaki bekas anggota team Houston, namun tidak dapat bergabung karena beberapa alasan. Wiesnner mengetahui bahwa perlu team yang handal untuk bisa menjadi anggota pendakian K2, oleh karenanya dia berusaha untuk mengajak beberapa pendaki Amerika lainnya yang sudah berpengalaman melakukan pendakian di Alps, Canada ataupun Alaska. Namun satu-persatu mengundurkan diri walaupun pada awalnya mereka menyanggupi.
Karena dikejar deadline, Wiesnner mulai sedikit kompromi dengan kualitas dan pengalaman dalam memilih pendaki untuk teamnya. Pada akhirnya terpilih empat pendaki dengan kualitas dan pengalaman yang masih diragukan. Bahkan salah satu diantaranya, Dudley Wolfe, baru menekuni olah raga mendaki gunung tiga tahun sebelumnya. Namun Dudley Wolfe adalah seorang milyarder asal Boston, lulusan Harvard University. Ada kemungkinan Wiessner mengajak Wolfe agar dapat membantu meringankan biaya ekspedisi. Usia Wolfe saat itu sudah 44 tahun dan memiliki masalah kelebihan berat badan untuk ukuran pendaki. Namun Wiessner percaya, berbekal pengalaman dan pengetahuan yang dia miliki serta informasi yang didapatkan dari ekspedisi Houston, ia akan dapat mengatasi kekurangan yang ada.
Banyak veteran pendaki elite Amerika yang pesimis dengan team Wiessner. Ed Viesturs, veteran pendaki elite Amerika, memberikan gambaran selemah apa team Wiessner saat itu. Dengan tegas mengatakan bahwa dia tidak akan pernah mau melakukan ekspedisi ke Karakoram atau Himalaya dengan team seperti team Wiessner. Menurut Viesturs, anggota team yang minim pengalaman seringkali menjadi pemicu bencana tragedi. Seandainya dia menjadi salah satu anggota team Wiessner, dia akan langsung mengundurkan diri. Seandainya dia adalah pemimpin team, maka dia akan membatalkan ekspedisi.
Kembali ke atas - Misteri K2 yang tak terungkap