Puncak K2 tidak dapat ditaklukkan. Sejarah Panjang Pendakian Gunung K2. Namun nama K2 sangat kontras berbanding terbalik dengan realitas jalur pendakian gunung K2. Gunung K2 banyak digambarkan dengan kata "mengagumkan", "pembunuh" dan "buas" . Ini bukanlah mitos belaka, tapi berdasarkan dari banyaknya usaha pendakian Gunung K2 yang gagal dari berbagai ekspedisi, termasuk banyak ekspedisi Amerika.
Luigi Amadeo Pendakian besar Italia Tahun 1909
Pada tahun 1909, sebuah ekspedisi besar dari Italia yang dikomando oleh Luigi Amadeo Giuseppe dengan gelar The Duke of The Abruzzi. cucu dari Raja Victor Emmanuel II dari Italia, melakukan ekspedisi K2. Kru nya berhasil mengambil foto dan membuat peta dengan akurat dari wilayah Baltoro.
Namun mereka menolak bila pegunungan selatan dan barat gunung untuk pendakian. Mereka berusaha mencapai puncak dari Tenggara, yang kemudian dikenal sebagai Abruzzi ridge - yang sampai saat ini menjadi jalur standar bagi pendakian K2. Dan lagi-lagi mereka tidak bisa melanjutkan di titik 5560 meter karena masalah dengan porter. Kru ini telah berhasil melakukan pemetaan menyeluruh gunung K2 dari Tenggara. Seorang photographer dan pendaki, Vittorio Sella ikut serta dalam ekspedisi ini dan ia berhasil mencapai gletser Godwin-Austen.
Team ini, merupakan team pendaki terkuat yang pernah pada saat itu. Kegagalan mereka di K2, yang hanya mencapai ketinggian sekitar 250 m dari pendakian sebelumnya, (tujuh tahun sebelumnya) membuat komunitas pendaki Eropa beranggapan bahwa puncak K2 tidak dapat ditaklukkan.
Anggapan ini mempengaruhi para pendaki gunung yang tidak pernah lagi mencoba menaklukan K2 sampai dua puluh delapan tahun berikutnya. Pendaki mulai mengalihkan perhatiannya ke Everest, sebab disamping Tibet mulai membuka pintu bagi Barat, juga karena status Everest yang merupakan nomor satu tertinggi di dunia. Pada kurun waktu itu, dilakukan tidak kurang dari tujuh ekspedisi ke Everest. Meskipun tidak satupun yang berhasil mencapai puncak, tetapi ketinggian psikologis 8,000 m yang sekarang lebih dikenal sebagai death zone, berhasil dilampaui.
Sampai menjelang tahun 1937, tidak seorangpun berhasil menapakkan kakinya di K2 melebihi 6,670 m, masih sekitar 2,000 m dari puncak. Sedangkan di Everest, pendaki hanya tinggal 250 m lagi dari puncak, meskipun harus dibayar dengan harga sangat mahal. Sembilan pendaki dari dua ekspedisi yang berbeda tewas dalam usaha mencapai puncak, dua diantaranya adalah pendaki Inggris yang sangat ternama pada masanya, George Leigh Mallory dan Sandy Irvinne, tewas pada ekspedisi Everest mereka yang kedua tahun 1924. Mereka berdua terakhir terlihat berada sedikit di bawah second-step pada ketinggian sekitar 8,600 m, sebelum akhirnya hilang ditelan awan dan tidak pernah terlihat lagi.
Kembali ke atas - Puncak K2 tidak dapat ditaklukkan
Harold William Tilman dan Eric Earle Shipton (1937)
Dua pendaki gunung terkenal Inggris, Harold William Tilman dan Eric Earle Shipton, berhasil mengeksplor dan mengamati view utara dari K2 dan anak gletser di tahun 1937. Sebenarnya mereka berada di sebuah misi untuk survei lembah Shaksgam, namun dimanfaatkan oleh mereka untuk mengeksplor Trango dan gletser Sarpo Laggo. Mereka juga mencapai gletser Skamri yang terkenal. Tilman merupakan seorang penjelajah terkenal, pendaki gunung, pelaut dan penulis.
Shipton, di sisi lain, adalah salah satu penjelajah yang berpengaruh pada masa itu. Dia adalah pendamping Tilman pada sebagian besar ekspedisi. Shipton juga Konsulat Jenderal India di Kashgar tahun 1940-1942 dan tahun 1946-1948.
Kembali ke atas - Puncak K2 tidak dapat ditaklukkan
American Alpine Club (1938)
Pada tahun 1938, American Alpine Club melakukan ekspedisi ke K2. Mereka sebenarnya telah telah beberapa kali mengajukan ijin pendakian K2 mulai tahun 1930, tetapi baru mendapatkan ijin dari pemerintah Kashmir pada 1937 dan mulai melakukan pendakian tahun 1938. Team ini mencapai ketinggian 7925 meter setelah 8 kali mendirikan kamp. Bila dibandingkan dengan ketinggian naik oleh ekspedisi sebelumnya, ini adalah kemajuan besar.
Ekspedisi ini dipimpin oleh Pendaki gunung Amerika terkenal Dr. Charles Houston. Beberapa pendaki terkenal lainnya seperti Robert Bates ikut ekspedisi ini. Kemudian dua kroni-nya yang lain dari Harvard dan Yale, Dick Burdshall dan Bill House, juga diajak bergabung. Dalam surat ajakannya, Houston diantaranya menulis : “....saya menduga Wiessner sengaja memanfaatkan kita untuk mempelajari jalur pendakian dan ‘pekerjaan kotor’ lainnya. Kemudian dia sendiri berangkat tahun depan dengan informasi yang lebih lengkap”.
Sebenarnya AAC menunjuk AAC menunjuk Fritz Wiessner sebagai pemimpin ekspedisi, namun Wiessner karena fokus pada usahanya, ia kemudian merekomendasikan Charles Houston untuk memimpin ekspedisi itu. Selain seorang pendaki handal, Houston adalah dokter muda lulusan Harvard University.
Pengalaman Himalaya-nya adalah saat menjadi salah satu dari delapan anggota team gabungan Inggris-Amerika yang pada 1936 untuk pertama kalinya berhasil mencapai puncak Nanda Devi (7,816 m, nomor 23 tertinggi di dunia).
Nanda Devi merupakan rekor puncak tertinggi yang berhasil dicapai pada waktu itu, rekor yang bertahan selama empat belas tahun sebelum akhirnya dilampaui oleh Maurice Herzog dan Louis Lachenal dari Perancis yang berhasil mencapai puncak Annapurna I (8,091 m) melalui drama pendakian yang melegenda. Houston sendiri gagal mencapai puncak Nanda Devi, tetapi pengalamannya dinilai cukup memadai untuk memimpin ekspedisi ke Karakoram.