#CatatanTrekking - Menjejak Ladang Belerang di Puncak Gunung Welirang

0
2819
Halaman:
1
2
Sertakan sumber dengan jelas jika ingin mencopy. Selalu cek tanggal, karena mungkin ada beberapa artikel lama yang belum disesuaikan dengan fakta terbaru

Menjejak Ladang Belerang di Puncak Gunung Welirang. Welirang, 28 Oktober 2009

Puncak Gunung welirang terletak di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, dengan ketinggian puncak 3.156mdpl. Welirang dalam bahasa Jawa berarti belerang. Gunung Welirang bersebelahan dengan Gunung Arjuno. Rute termudah bisa ditempuh melalui jalur Tretes. Untuk sampai puncak diperlukan waktu 10-12 jam. Di puncak

Sunrise Puncak Gunung Welirang
Sunrise Puncak Gunung Welirang

Gunung Welirang terdapat tambang belerang yang menarik untuk dikunjungi. Banyak penambang belerang mengais rupiah di puncaknya. Pemandangan indah yg hanya bsa dijumpai di beberapa tempat di Indonesia. Begitu susah mereka menambang dan membawa turun belerang namun hanya dihargai Rp. 400/kg waktu itu (sekitar tahun 2009) SAVE OUR EARTH

Seperti biasa, kami start dari Ngawi ke Bungur Asih-Surabaya pukul 00:00. SK. Sumber Kencono yang kami tumpangi kebetulan menyediakan tempat paling belakang untuk kami sejenak istirahat selama perjalanan. Pukul 00.30 kami benar-benar leave.




05:00 WIB. Bungur Asih-Surabaya-Pendakian Puncak Gunung Welirang

Sesuai dengan rencana, kami tiba di bungur jam 5 pagi. Kami beri kesempatan bagi Embeer untuk singgah di Kost, sementara kami lebih memilih menikmati suasana terminal pagi hari yang belum ramai dan penuh sesak orang-orang. Bungur merupakan terminal terpadat di Indonesia melebihi Pulogadunng Jakarta, sekaligus terbesar se Asia Tenggara.

Kebingungan sempat menghampiri benak kami. Tidak ada seeorangpun yang mengetahui arah ke mana kami harus melanjutkan perjalanan. Satu-satunya referensi adalah print out yang kami bawa dan itupun tidak banyak membantu sebab rute yang diambil dari Malang.

Alih-alih, kami telpon sana-sini dan hasilnya tidak sia-sia.

Pukul 06.00 kami meninggalkan Bungur menuju terminal Pandaan yang berjarak tidak begitu jauh, sekitar 45 menit, jika pagi hari sebab tidak macet. Dalam perjalanan kami terkagum-kagum melihat deretan gunung yang menampakkan keperkasaan dan kekuatannya. Gunung Welirang, gunung Kembar, gunung Ringgit juga gunung Arjuno.

07:00 WIB. Terminal Pandaan-Pendakian Puncak Gunung Welirang

Sambil menghangatkan tubuh dengan kopi panas dan tempe anget, kami meluruskan kaki di terminal Pandaan. Jam 07.30 kami mulai meninggalkan Pandaan. Dengan sebuah angkutan umum kami lanjutkan peerjalanan menuju Tretes (gerbang Pendakian). Masih sesuai rencana, kami berhenti di sebuah toko waralabaa untuk membeli logistik. Mie instan dan air mineral tentunya. Tidak tanggung2, kami membeli 12 botol, satu orang 3 botol ukuran 1,5 liter.

Artikel Terkait :  #TrekkingStory Pendakian Puncak Lawu Hargo Dumilah

08:15. Gerbang Pendakian Gunung Welirang - Tretes

Akhirnya sampai juga di tretes sekitar pukul 08.15. Rasa kecewa sempat kami rasa ketika mendengar pendakian arjuno ditutup lantaran terbakarnya hutan arjuno. Namun perjalanan kami alihkan ke Welirang.

Kami sangat beruntung karena ada pendaki yang menemani sekaligus meemandu kami, Cak udin yang telah berkali-kali mendaki welirang juga arjuno.

09:00 WIB. Start Pendakian gunung Welirang

Tiket masuk seharga 5000 / orang telah kami dapatkan. pendakian pun dimulai pukul 09.00

Aneh. Aneh dan sangat terasa aneh bagi kami. Di atas ketinggian lebih dari 1000m DPL, kami tidak merasa suasana sejuk atau dingin, malah sebaliknya, panas menyengat terasa membakar kepala.

Sampai pos pertama, kami istirahat. Di sini masih ada penjaja makanan gorengan, mie rebus juga teh manis. Agak ramai sebab memang di sini biasanya para pendaki membuat tenda penginapan, terutama yang memang tidak berniat sampai puncak . Pukul 13.00 kami melanjutkan perjalanan. Semakin tinggi, bukan semakin sejuk, tapi malah samakin panas menyengat.

Untuk sejenak kami berhenti sambil menikmati segarnya air yang keluar dari pipa yang entah milik siapa, terasa sangat menyegarkan......

Perjalanan masih jauh, belum ada separuh peerjalanan, namun terasa berat bagi kami. Tidak seperti yang kami rasakan ketika ke Lawu. Entah berapa kali kami berhenti untuk memberi kesempatan kaki mengumpulkan kekuatan. Faktor cuaca yang panas membuat kami lebih cepat lelah.

Kami sempat melihat beberapa kera jawa yang berbulu hitam pekat bergelantungan dari satu pohon ke pohon lainnya. Bahkan Ayam Alas pun sempat menuntun kami hampir 1 km, sampai akhirnya menghilang di semak belukar.

Jangan lupa tinggalkan komentar ya gais

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.